Halaman

Sabtu, 09 Mei 2020

Filosofi Kue


Tak terasa bulan Ramadhan telah hampir meninggalkan kita. Ramadhan telah sampai dipertengahan bulan-nya tetapi hiruk pikuknya masih kental terasa. Walaupun Ramadhan kali ini agak berbeda dari ramadhan sebelumnya tetapi tetap menghadirkan keistimewaan tersendiri untuknya. Suasana sahur dan berbuka di ramadhan kali ini memberikan momen-momen tak kalah indahnya. Senyuman dan tawa atas kenikmatan yang disajikan dalam bentuk menu-menu kue berbuka puasa masih memberikan filosofi-nya tersendiri.

Seperti biasanya, di bulan Ramadhan ini tradisi berbuka puasa dengan kue tradisional bagi orang indonesia masih sangat kental. Orang-orang masih tetap mencari jajanan tradisional khas indonesia yang disebut takjil ini untuk menemani keluarga mereka berbuka puasa. Saat bulan Ramadhan seperti ini, hal yang paling ditunggu-tunggu tentunya adalah waktu berbuka puasa. Suara adzan maghrib Menjadi hal yang paling ditunggu dan terdengar lebih merdu dari hari-hari biasanya. Hehehehehe. Setelah berpuasa menahan hawa nafsu, lapar dan dahaga sehari penuh, tentu berbuka puasa memberikan kenikmatan tersendiri bagi kita. Rasanya seperti menang dari duel mematikan gitu. Hahahaha. Mulai deh imajinasinya ngawur.

Menu berbuka pun seringkali lebih istimewa dari biasanya. Dimulai dari ragam takjil atau menu untuk menyegerakan berbuka, seperti kolak pisang, es buah, kue tetu, onde-onde, kurma dan sebagainya hingga makanan berat yang tak jarang memang dibuat khusus untuk berbuka puasa.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa bulan Ramadhan selalu menyisakan cerita indah, lembar demi lembar kenangan akan membuat kita terhanyut dalam suasana yang begitu dirindukan ini. Buka bersama adalah satu dari rangkaian indah yang mewarnai datangnya Bulan Ramadhan. Lebih dari sekedar menyantap aneka hidangan, buka bersama bukan sekedar rutinitas wajib saat Ramadhan tiba. Meski sebuah ajang temu kangen, berkumpul dan akhirnya menikmati menu berbuka bersama-sama baik dengan keluarga, teman, ataupun kerabat. Bukan ini sebenarnya tujuan yang diharapkan dari buka bersama. 

Bersilaturahmi, itulah esensi yang aku tangkap dari semua rangkaian acara buka bersama yang pernah aku ikuti dan bulan Ramadhan adalah momen yang tepat bagi kita semua untuk menyambung tali silaturahmi melalui kegiatan buka bersama. Tetapi bulan Ramadhan 2020 ini sangat berbeda dari sebelumnya, buka bersama yang biasanya dilakukan di Ramadhan sebelumnya tak bisa di lakukan karena mengharuskan kita tinggal dirumah dan menjaga jarak. Aku sih berharap teman teman yang biasanya buka bersama tetap menjaga esensinya Ramadhan kali ini yaitu menjalin silaturahmi. Jarak bukan jadi penghalang untuk berkomunikasi dan bersilaturahmi. Bukankah itu tradisi kita sebagai warga Indonesia?

Sungguh Indahnya bulan suci umat islam ini..

Oh iyaa, bicara tentang kue, Negara kita Indonesia memiliki berbagai makanan kue tradisional, lo. Setiap daerah memiliki kue khas-nya sendiri dari bentuk, warna sampai penyajiannya berbeda-beda. Tetapi itulah indonesia, berbeda-beda tetapi tetap satu atas nama NKRI atau semboyannya yang biasa kita kenal "Bhineka Tunggal Ika". Dari Sabang sampai Merauke banyak kue memiliki cita rasa unik yang membuat siapapun jatuh cinta. Menariknya, beberapa kue di Indonesia memiliki arti tersendiri, lo. 

Yukk simak 5 filosofi kue berikut yang sudah aku rangkum! Oh iyaa teman-teman, pada artikel ini aku hanya ngerangkum 5 saja karena menurutku kue dibawah ini yang sering di sajikan pada saat bulan Ramadhan khususnya di keluarga ku, lo. Hehehehe.

1. Kue Lapis Legit
Image by resepkoki.id

Asal Usul Kue Lapis Legit

Lapis legit atau spekuk (bahasa belanda: Spekkoek) adalah salah satu jenis kue basah tradisional dari Indonesia. Kue ini  pertama kali dikembangkan pada masa kolonial Belanda di Indonesia yang terinspirasi dari kue lapis Eropa. Lapis legit dibuat dari berbagai macam rempah-rempah yang memang sangat disukai oleh orang-orang Eropa, di antaranya adalah kapulaga, kayu manis, cengkeh, bunga pala, dan adas manis sehingga rasanya sangat khas kaya akan aroma rempah. Kue berbahan dasar kuning telur, tepung terigu, gula, dan mentega/margarin ini memiliki cita rasa yang manis dengan tekstur yang lembut namun kokoh. Adonan kue dipanggang dalam oven secara bertahap hingga membentuk lapisan-lapisan yang umumnya berjumlah 18 lapisan atau lebih. Karena banyaknya lapisan pada lapis legit, kue ini dikenal juga dengan sebutan kue seribu lapis.

Filosofi Kue Lapis Legit

Seperti yang teman-teman tahu, kue Lapis Legit adalah sajian khas pada perayaan besar Indonesia, terutama acara Imlek. Bentuk cake yang berlapis-lapis dipercaya sebagai simbol kemakmuran yang berlapis atau keuntungan yang terus bertambah.

Selain itu, tahap pembuatannya yang rumit demi menghasilkan Lapis Legit yang lezat ini melambangkan perjalanan hidup seseorang dalam mewujudkan impiannya. Meskipun sulit dan membutuhkan proses panjang, hasilnya pastilah memuaskan dan patut dibanggakan.

2. Kue Tetu/Kue Perahu
Image by cookpad.com

Asal Usul Kue Tetu/Kue Perahu

Kue tetu, dibanyak daerah disebut kue perahu, merupakan olahan khas dari Kota Palu. Dibuat dari tepung terigu dengan campuran santan kental. Ditambahkan pula gula merah cair di bagian dalamnya.

Sebetulnya, kue tetu merupakan penganan khas dari Suku Mandar. Kue ini ditemukan di banyak tempat di Pulau Sulawesi. Seperti dikutip Jejak-Jejak Mandar: Kamus, Sejarah, Kebudayaan dan Ensiklopedia Tokoh, tetu menjadi penganan terlezat khas dari Suku Mandar di Mandar dan Mamuju, Sulawesi Barat. Diketahui, Suku Mandar yang berjumalah sekitar 1,2 juta jiwa menempati beberapa wilayah mulai dari Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, hingga ke Kalimantan.

Penamaan kue perahu di daerah lain karena wadahnya menyerupai perahu. Biasanya dibuat dari daun pisang. Sementara Suku Mandar membuat wadah kue tetu menggunakan menggunakan pandan wangi. Pandan terlebih dahulu dijemur supaya lebih elastis atau tak mudah retak.

Kue tetu terbuat dari tepung terigu dan santan. Pada wadah terlebih dahulu diberi gula merah atau campuran dengan gula putih. Setelah itu baru adonan cair dituang ke atasnya. Kue tetu dimasak dengan cara dikukus hingga matang atau mengental.

Kue tetu terkenal sangat wangi, gurih, sedikit asin, dan manis gula merah. Biasanya dimakan dengan cara disendok hingga ke bagian dasar gula merah. Sangat cocok dimakan dalam keadaan dingin.

Filosofi Kue Tetu/Kue Perahu

Kue tetu/kue perahu merupakan kue khas Sulawesi yang memiliki cita rasa yang enak dan menjadi primadona bagi warga Sulawesi dalam momen bulan Ramadhan yang selalu disajikan ketika waktu berbuka puasa. Filosofi dari kue ini sendiri aku ambil dari temanku Muh. Wawan Dg. Matase dan Siti Rahma. Menurut Muh. Wawan Dg. Matase, kue tetu memiliki makna bahwa kue tetu bisa menyatukan dua hal yang berbeda, karena dalam satu wadah menyatukan kedua rasa yg berbeda, jadi bisa di bilang dua insan dua hati dalam satu rasa. 

Sedangkan menurut Siti Rahma, kalau hanya ada dua rasa dalam kue tetu maka kue tetunya akan ennek. (enak sih tepung+gula merah) tp kalau sering dimakan terasa bosan.  supaya tetunya enak maka ada sedikit penyedap yang secara rahasia dimasukan ke dalamnya dan jarang yang mengetahuinya (dia adalah sedikit taburan garam), dengan begitu walaupun kue tetu dimakan berkali-kali terasa nikmat dan tak bosan, dan yang nampak hanya tepung+gula merah padahal ada rahasia penyedap di dalamnya yang tak nampak tapi nikmat. Jadi, bisa disimpulkan menurutnya bahwa dua rasa dua hati dalam satu wadah akan hilang jika tidak ada bumbu cinta ditambahkan didalamnya. Hahahahaha.. mereka spesialis banget tentang cinta, lo.

3. Kue Barongko Pisang
Image by kumparan.com

Asal Usul Kue Barongko Pisang

Barongko merupakan makanan khas Bugis-Makassar yang terbuat dari pisang yang dihaluskan, telur, santan, gula pasir, dan garam. Kemudian dibungkus daun pisang lalu dikukus. Jika sudah matang, dimasukkan ke dalam kulkas.

Dahulu, Barongko disajikan sebagai hidangan penutup bagi para raja Bugis. Selain itu juga sering disajikan saat acara adat seperti sunatan, akikah, pernikahan, syukuran dan lain sebagainya. Hingga kinipun Barongko masih biasa disajikan saat pesta adat. Selain itu pula, Barongko masih dapat dijumpai ketika bulan Ramadhan sebagai menu untuk berbuka puasa

Untuk membuat Barongko ini haruslah dikerjakan oleh orang yang sudah berpengalaman. Dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas rasa dan kelezatan yang khas dari Barongko. Karena itulah Barongko tidak mudah dijumpai di pasaran.

Filosofi Kue Barongko Pisang

Kue barongko mempunyai nilai filosofis kejujuran. Bahan utama yang terbuat dari pisang dibungkus kembali dengan daun pisang merepresentasikan kejujuran.

Maknanya adalah, apa yang terlihat di luar harus sama dengan apa yang ada di dalam diri kita. Hal ini tentunya mengajarkan kita bahwa apa yang diucapkan harus sama dengan apa yang dilakukan, dan apa dikerjakan harus sama dengan apa yang dirasakan. Makna lainnya adalah apa yang terpikirkan dan yang dirasakan haruslah selaras dengan tindakan yang dilakukan.

Karena nilai budayanya inilah maka kue tradisional barongko ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2017 oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Jadi, jika suatu saat teman-teman merasa dikhianati atau merasa nilai kejujuran semakin memudar, ingat masih ada barongko "Si Manis-Lembut" khas masyarakat Bugis yang hingga sekarang masih tetap dipertahankan eksistensi rasa dan nilai filosofisnya. 

4. Kue Pisang Ijo
Image by resepkoki.id

Asal Usul Kue Pisang Ijo

Pisang ijo atau es pisang ijo adalah sejenis makanan khas di Sulawesi Selatan, terutama di kota Makassar. Makanan ini terbuat dari bahan utama pisang yang dibalut dengan adonan tepung berwarna hijau. Cara memasaknya dengan mengukus di dandang. Adonan tersebut dibuat dari tepung, air, dan pewarna hijau yang terbuat dari campuran air dengan daun suji atau pandan.

Filosopi Kue Pisang Ijo

Komponen utama dalam menu ini sudah tentu pisang, namun mungkin bagi beberapa orang yang baru saja mendengar nama kudapan ini akan merasa bingung mengapa pisang berwarna hijau yang dipilih?

Jangan salah ya, makna dari pisang hijau bukan merujuk pada warna kulit buah ini saat masih mentah. 

Warna pada es pisang ijo yang menjadi ikon populer dari Makassar ini juga mengandung filosofi tersendiri bagi masyarakat Bugis, Makassar. Warna hijau melambangkan kesakralan dan suci, selain itu mampu memberikan rasa sejuk dan tentram. Keanggunan, sopan santun, serta bertutur kata yang baik juga menjadi filosofi tersendiri yang dapat dipetik dari makna es pasang ijo.

5. Kue Klepon
Image by cookpad.com

Asal Usul Kue Klepon/Onde-onde

Klepon atau kelepon adalah sejenis makanan tradisional atau kue tradisional Indonesia yang termasuk ke dalam kelompok jajanan pasar. Makanan enak ini terbuat dari tepung beras ketan yang dibentuk seperti bola-bola kecil dan diisi dengan gula merah lalu direbus dalam air mendidih. Klepon yang sudah masak lalu digelindingkan di atas parutan kelapa agar melekat, sehingga klepon tampak berbalur parutan kelapa. Biasanya klepon diletakkan di dalam wadah yang terbuat dari daun pisang.

Di Sumatra, Sulawesi, dan di Malaysia, klepon disebut "onde-onde", sedangkan di Jawa dan bagian lain di Indonesia penganan yang disebut onde-onde adalah bola tepung beras berisi adonan kacang hijau yang dibaluri biji wijen. Perbedaan penyebutan antara di Jawa dan Sumatra-Malaysia ini sering kali menjadi penyebab kekeliruan dan kerancuan dalam mengartikan onde-onde. Klepon biasa dijajakan dengan getuk dan cenil (juga disebut cetil) sebagai camilan di pagi atau sore hari. Warna klepon biasanya putih atau hijau tergantung selera. Untuk klepon dengan warna hijau, perlu ditambahkan bahan pewarna dari daun suji atau daun pandan.

Filosopi Kue Klepon/Onde-onde

Onde-onde terbuat dari beras ketan yang sangat lengket. Ini menunjukkan bahwa di antara onde-onde kalau dicampur pastilah saling menempel, seperti kita selalu menempel juga dengan orang orang yang kita sayangi.

Onde-onde yang berwarna hijau, sebagai pertanda bahwa kita itu hidup, hijau. Belum kuning atau pun bahkan merah. Hati ini haruslah tetap hijau agar bisa merasakan apa yang ada di sekitar kita.

Onde-onde bentuknya bulat juga seperti bulatan bulatan yang selalu berputar tidak tahu mana ujung, mana akhir. Bulatan onde-onde juga tidak bisa bulat sebulat bulatnya, selalu saja ada yang tidak rata, begitu pun hidup tidak ada yang berjalan benar, pasti ada ketidaksempurnaannya.

Sebelum jadi onde-onde yang enak maka harus direbus dengan air mendidih. Kalau mau jadi pribadi yang tangguh juga harus direbus dulu. Direbus dalam kawah kehidupan. Diuji dengan segala macam cobaan. Jika bisa melaluinya dengan sabar dan ikhlas, maka akan jadi onde-onde yang enak, maka bersabarlah dan ikhlaslah.

Onde-onde seringkali disajikan dengan parutan kelapa. Kelapa sebelum jadi pelengkap sajian onde-onde harus melalui berbagai fase. Pertama kulit kelapa atau sepet dan batok kelapa yang keras. Kedua lapisan tipis seperti kulit ari berwarna kecoklatan sampai kehitaman di dalam batok kelapa. Ketiga, baru sampai pada buah kelapa. Tetapi buah ini masih utuh bulat. Maka butuh yang keempat, kelapa harus diparut dengan alat parut yang baik.

Begitu pula tingkat kehidupan ini, pertama adalah sepet dan batok rumit, keras, susah. Itu seperti syariat, yang harus dijalankan. Kental suasana fikihnya, yang wajib hendaknya dilaksanakan.

Kedua, lapisan tipis. Itu seperti tingkatan tarikat. Perlu pembersihan dengan teliti, hati-hati dan sungguh-sungguh. Hati juga jika tak pernah dibersihkan akan kotor. Selalu berhati hati dalam menjalani hidup ini.

Ketiga, buah kelapa. Meski pun sudah bisa dimakan, tetapi belum mencapai fungsi yang sempurna. Itu seperti hakikat. Sudah sampai pada tujuan tetapi belum final.

Keempat, untuk menuju fungsi yang sebenarnya atau bisa di sebut makrifat, maka buah kelapa tadi harus diparut. Harus dihaluskan lagi. Barulah dia bisa dikatakan menuju fungsi yang sebenarnya.

Begitu juga kita manusia, untuk mencapai fungsi kita yang sebenar-benarnya tentulah tidak akan mudah, masih harus berjuang, direbus dan diparut. Tapi itulah kehidupan di dunia.

Semoga bermanfaat.


SUMBER:
1. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lapis_legit
2. https://www.google.com/amp/s/merahputih.com/post/amp/kue-tetu-kue-paling-enak-dari-suku-mandar
3. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Barongko
4. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pisang_ijo
5. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Klepon

Sabtu, 02 Mei 2020

Dua Mei, Sang Bapak


Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam,  bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri.

Sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam hal ini, bisa disimpulkan bahwa pendidikan harus dirumuskan secara jelas dan mudah  dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan.

Sekarang sudah paham kan definisi pendidikan. Yukk sekarang belajar mengenal Hari Pendidikan Nasional Indonesia. Kenapa sih setiap tanggal 2 Mei di Indonesia selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Di masa silam, masa di mana negeri ini masih berjuang dari belenggu penjajahan. Seorang tokoh pendidikan lahir dengan kutipannya yang populer. 

“Kalau suatu ketika ada orang meminta pendapatmu,apakah Ki Hadjar itu seorang nasionalis, radikalis, sosialis, demokrat, humanis, ataukah tradisionalis, maka katakanlah bahwaaku hanyalah orang Indonesia biasa saja yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia -

Ki Hadjar Dewantara (2 Mei 1889-28 April 1959)

Seorang pahlawan nasional indonesia yang dikenal dengan sebutan Bapak Pendidikan Indonesia. Ia terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. Beliau sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, Hari kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. 

Nah itu biografi singkat tentang Bapak Pendidikan Indonesia. Oh iya, kenapa sih Ki Hadjar Dewantara di juluki sebagai Bapak Pendidikan? Ayukk kita simak penjelasannya.

Ki Hadjar Dewantara mendapat julukan sebagai Bapak Pendidikan karena beliau berhasil mendirikan sebuah sekolah bernama Perguruan Nasional Taman Siswa. Nah, ketika mendirikan sekolah yang sering juga disebut sebagai Taman Siswa tersebut, Ki Hadjar Dewantara membuat tiga buah semboyan yang sampai saat ini masih digunakan di dunia pendidikan.

Saat menjadi pendiri sekaligus pengajar dalam sekolah yang dibuatnya, Ki Hajar Dewantara menciptakan tiga semboyan bagi para guru atau pengajar. Semboyan ini terdiri dari tiga poin yang ditulis dalam bahasa Jawa dan menjadi pedoman bagi guru atau pengajar saat membimbing murid-muridnya dalam hal pembelajaran.

Dari tiga semboyan yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara, semuanya masih digunakan sebagai pedoman para guru, lo. Bahkan salah satunya digunakan untuk semboyan pendidikan di Indonesia. Semboyan tersebut adalah ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Beliau menggunakan bahasa Jawa untuk membuat tiga semboyan bagi para pengajar dalam dunia pendidikan Indonesia.

Cari tahu makna dari ketiga semboyan tersebut, yuk!

Ing Ngarsa Sung Tulada

Semboyan pertama adalah ing ngarsa sung tulada, yang jika diuraikan satu persatu, terdiri dari kata ing yang berarti "di", ngarsa yang berarti "depan", sung berarti "jadi", dan tulada yang merupakan "contoh" atau "panutan".

Nah, dari kalimat tersebut, bisa disimpulkan bahwa semboyan Ki Hajar Dewantara yang pertama ini mempunyai arti "di depan menjadi contoh atau panutan". Ini artinya, seorang guru, pengajar, atau pemimpin harus bisa memberikan contoh serta panutan kepada orang lain di sekitarnya saat ia berada di depan.

Ing Madya Mangun Karsa

Sama seperti semboyan yang pertama, agar mengerti arti dari semboyan kedua, kita cari tahu arti setiap katanya terlebih dulu, yuk!

Ing artinya "di", madya memiliki arti "tengah", sedangkan mangun berarti "membangun" atau "memberikan", dan karsa memiliki arti "kemauan", "semangat", atau "niat".

Jika digabungkan, semboyan ing madya mangun karsa memiliki arti yaitu "di tengah memberi atau membangun semangat, niat, maupun kemauan". Semboyan ing madya mangun karsa memiliki makna bahwa ketika guru atau pengajar berada di tengah-tengah orang lain maupun muridnya, guru harus bisa membangkitkan atau membangun niat, kemauan, dan semangat dalam diri orang lain di sekitarnya.

Tut Wuri Handayani

Kalau semboyan ketiga yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu tut wuri handayani mungkin sudah tidak asing, nih, bagi teman-teman. Coba teman-teman perhatikan lambang pendidikan nasional yang ada di topi maupun dasi yang teman-teman gunakan setiap hari.

Di bagian atas lambang pendidikan nasional tersebut, ada tulisan Tut Wuri Handayani yang juga merupakan semboyan ketiga yang dibuat oleh Ki Hadjar Dewantara.

Kata tut wuri dapat diartikan sebagai "di belakang" atau "mengikuti dari belakang" dan handayani yang berarti "memberikan dorongan" atau "semangat".

Dari pengertian tersebut, bisa diartikan Tut Wuri Handayani memiliki arti "di belakang memberikan semangat atau dorongan".

Nah, dari pengertian tersebut, makna dari semboyan ketiga ini berarti ketika berada di belakang, pengajar atau guru harus bisa memberikan semangat maupun dorongan kepada para muridnya.

Teman-teman sudah membaca sepenggal cerita tentang si Bapak Pendidikan Indonesia yang tanggal lahirnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Perlu diketahui juga bahwa Ki Hadjar Dewantara pernah dipercaya oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama lo. Melalui jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Nah, teman-teman pendidik dan para penggiat pendidikan bisa mencontoh pengorbanan dan kerja keras Ki Hadjar Dewantara dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Sekarang apa sih yang bisa kita lakukan sebagai anak muda yang cinta dan peduli terhadap pendidikan saat ini? Teman-teman perlu tahu pendidikan saat ini tidak sedang baik-baik saja. Pendidikan saat ini butuh perhatian serius lo dari kita para anak muda, penggiat pendidikan.

Masalah pendidikan masing sering kita jumpai diberbagai daerah.Baik secara langsung maupun melalui media elektronik seperti televisi, HP, dan lain sebagainya. Seharusnya seluruh anak indonesia mendapatkan hak pendidikan.seperti dalam UUD 1945,pada alinea ke 4.salah satunya yang berbunyi "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa", dengan demikian pendidikan merupakan faktor utama dalam kehidupan.Tanpa pendidikan bagaimana generasi penerus melanjutkan dan memajukan bangsa?

Masalah pendidikan saat ini semakin diperumit dengan pandemi yang sekarang melanda dunia. Para pendidik dipaksa merubah sistem pendidikan yang biasa nya bertatap muka dikelas dengan pembelajaran dalam jaringan (Daring). Hal ini semakin menambah dengan ketidaksiapan pendidikan kita menghadapi perubahan yang tiba-tiba. 

Apa sih yang bisa kita perbuat dimasa saat ini?

Hal ini di perparah dengan rendahnya mutu pendidikan saat ini. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di indonesia antara lain adalah masalah efektivitas, efisiensi, dan standarisasi pengajaran, selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang membuat pendidikan semakin mundur. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat.

Itulah segelintir cerita tentang pendidikan kita. Dari perjuangan sang Bapak Pendidikan untuk memajukan pendidikan bangsa hingga gambaran pendidikan saat ini. Pertanyaan yang sama untuk teman-teman "apa sih yang bisa kita lakukan untuk pendidikan Indonesia". Pendidikan yang telah diperjuangkan oleh Bapak kita. Teman-teman mungkin ada yang berjuang di pendidikan dengan menjadi aktivis pendidikan dan ada yang berjuang dengan ilmu yang telah di raihnya. Maka teruslah berjuang teman-teman untuk bangsa dan negara.

"SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL"
Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani

02 MEI 2020

Filosofi Kue

Tak terasa bulan Ramadhan telah hampir meninggalkan kita. Ramadhan telah sampai dipertengahan bulan-nya tetapi hiruk pikuknya ma...