Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri.
Sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam hal ini, bisa disimpulkan bahwa pendidikan harus dirumuskan secara jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan.
Sekarang sudah paham kan definisi pendidikan. Yukk sekarang belajar mengenal Hari Pendidikan Nasional Indonesia. Kenapa sih setiap tanggal 2 Mei di Indonesia selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Di masa silam, masa di mana negeri ini masih berjuang dari belenggu penjajahan. Seorang tokoh pendidikan lahir dengan kutipannya yang populer.
“Kalau suatu ketika ada orang meminta pendapatmu,apakah Ki Hadjar itu seorang nasionalis, radikalis, sosialis, demokrat, humanis, ataukah tradisionalis, maka katakanlah bahwaaku hanyalah orang Indonesia biasa saja yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia -
Ki Hadjar Dewantara (2 Mei 1889-28 April 1959)Dari tiga semboyan yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara, semuanya masih digunakan sebagai pedoman para guru, lo. Bahkan salah satunya digunakan untuk semboyan pendidikan di Indonesia. Semboyan tersebut adalah ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Beliau menggunakan bahasa Jawa untuk membuat tiga semboyan bagi para pengajar dalam dunia pendidikan Indonesia.
Cari tahu makna dari ketiga semboyan tersebut, yuk!
Ing Ngarsa Sung Tulada
Semboyan pertama adalah ing ngarsa sung tulada, yang jika diuraikan satu persatu, terdiri dari kata ing yang berarti "di", ngarsa yang berarti "depan", sung berarti "jadi", dan tulada yang merupakan "contoh" atau "panutan".
Nah, dari kalimat tersebut, bisa disimpulkan bahwa semboyan Ki Hajar Dewantara yang pertama ini mempunyai arti "di depan menjadi contoh atau panutan". Ini artinya, seorang guru, pengajar, atau pemimpin harus bisa memberikan contoh serta panutan kepada orang lain di sekitarnya saat ia berada di depan.
Ing Madya Mangun Karsa
Sama seperti semboyan yang pertama, agar mengerti arti dari semboyan kedua, kita cari tahu arti setiap katanya terlebih dulu, yuk!
Ing artinya "di", madya memiliki arti "tengah", sedangkan mangun berarti "membangun" atau "memberikan", dan karsa memiliki arti "kemauan", "semangat", atau "niat".
Jika digabungkan, semboyan ing madya mangun karsa memiliki arti yaitu "di tengah memberi atau membangun semangat, niat, maupun kemauan". Semboyan ing madya mangun karsa memiliki makna bahwa ketika guru atau pengajar berada di tengah-tengah orang lain maupun muridnya, guru harus bisa membangkitkan atau membangun niat, kemauan, dan semangat dalam diri orang lain di sekitarnya.
Tut Wuri Handayani
Kalau semboyan ketiga yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu tut wuri handayani mungkin sudah tidak asing, nih, bagi teman-teman. Coba teman-teman perhatikan lambang pendidikan nasional yang ada di topi maupun dasi yang teman-teman gunakan setiap hari.
Di bagian atas lambang pendidikan nasional tersebut, ada tulisan Tut Wuri Handayani yang juga merupakan semboyan ketiga yang dibuat oleh Ki Hadjar Dewantara.
Kata tut wuri dapat diartikan sebagai "di belakang" atau "mengikuti dari belakang" dan handayani yang berarti "memberikan dorongan" atau "semangat".
Dari pengertian tersebut, bisa diartikan Tut Wuri Handayani memiliki arti "di belakang memberikan semangat atau dorongan".
Nah, dari pengertian tersebut, makna dari semboyan ketiga ini berarti ketika berada di belakang, pengajar atau guru harus bisa memberikan semangat maupun dorongan kepada para muridnya.
Teman-teman sudah membaca sepenggal cerita tentang si Bapak Pendidikan Indonesia yang tanggal lahirnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Perlu diketahui juga bahwa Ki Hadjar Dewantara pernah dipercaya oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama lo. Melalui jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Nah, teman-teman pendidik dan para penggiat pendidikan bisa mencontoh pengorbanan dan kerja keras Ki Hadjar Dewantara dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Sekarang apa sih yang bisa kita lakukan sebagai anak muda yang cinta dan peduli terhadap pendidikan saat ini? Teman-teman perlu tahu pendidikan saat ini tidak sedang baik-baik saja. Pendidikan saat ini butuh perhatian serius lo dari kita para anak muda, penggiat pendidikan.
Masalah pendidikan saat ini semakin diperumit dengan pandemi yang sekarang melanda dunia. Para pendidik dipaksa merubah sistem pendidikan yang biasa nya bertatap muka dikelas dengan pembelajaran dalam jaringan (Daring). Hal ini semakin menambah dengan ketidaksiapan pendidikan kita menghadapi perubahan yang tiba-tiba.
Apa sih yang bisa kita perbuat dimasa saat ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar